Kesalahan dan kekeliruan dalam berbahasa
Kesalahan dan kekeliruan dalam
berbahasa
Pada
penjabaran sebelumnya telah dijelaskan pula factor yang mempengaruih penggunaan
bahasa Indonesia yang mengalami anomaly, sehingga mungkin terkesan terdapat
kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaannya. Hal tersebut sangat ironis bila
dikaitkan dengan makna butiran isi dari Sumpah Pemuda yang tercetus 28 November
1928 yang isinya mengisyratkan segenap pemuda-pemudi Indonesia menjunjung
tinggi nama baik bangsa Indonesia atau menjunjung tinggi bangsa Indonesia
menjadi satu kesatuan yang utuh, tanpa mengatasnamakan ras, suku, atau daerah
tertentu. Satu Indonesia !!!
Kemudian
akan diteruskan dengan pembahasan mengenai kesalahan dan kekeliruan yang
terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia tersbut, yang disengaja maupun tidak
serta yang secara lisan atau tulisan.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan “kekeliruan” sebagai
dua kata yang bersinonim dalam pengajaran bahasa dibedakan sebagai penyimpangan
dalam pemakaian bahasa.[1] Kesalahan bahasa merupakan hal yang biasa
terjadi dalam proses pembelajaran bahasa, karena melakukan kesalahan sendiri
merupakan salah satu bagian dari proses belajar bahasa itu sendiri. Terlebih
jika yang dipelajari adalah bahasa kedua (B2) atau bahasa asing. Dalam sebuah
kamus kebahasaan, analisis kesalahan diartikan sebagai berikut “the study and
analysis of the errors made by second language learners” yaitu, suatu kajian
dan analisis pada kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh bahasa kedua pembelajar.
Jadi kesalahan-kesalahan tersebut terjadi akibat pembelajar kurang menguasai
bahasa keduanya (B2).[2]
Kesalahan-kesalahan
berbahasa menurut corder (1971), dapat dibedakan menjadi berikut:
1.
Salah atau mistake: penyimpangan
struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menenentukan pilihan
penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada.
2.
Selip lapses: penyimpangan bentuk lahir
karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat, kelelahan
tubuh juga bisa menimbulkan selip bahasa.
3.
Silap error: penyimpangan bentuk lahir
dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya
kaidah bahasa.[3]
Kesalahan
berbahasa yang disebabkan oleh lapses terjadi akibat beralihnya topik
pembicaraan sebelum kalimat yang diujarkan selesai dengan lengkap. Istilah ini
juga sering disebut “slip of tongue” dan kesalahan ini tidak bersifat permanen.
Kesalahan dari mistake bersifat tidak sistematis, berbeda dengan selip error yang bersifat
sistematis karena berkaitan dengan kaidah-kaidah atau tata bahasa. Sedangkan yang menjadi topik utama dalam
pembahasan ini adalah kesalahan bahasa yang sistematis atau kesilapan bahasa
error.
Pit.
S. Corder membedakan dua macam kesalahan, yaitu:
a.
Kesalahan berbahasa yang terjadi tidak
secara sistematis dalam tutur seseorang,
b.
kesalahan berbahasa yang terjadi secara
sistematis pada tutur seseorang yang belajar bahasa.
Dua
tipe kesalahan itu dihubungkan dengan konsep Noam Chomsky performance dan
competence. Ada kesalahan yang disebabkan oleh dan dalam fakta performance dan
adapula kesalahan yang disebabkan oleh factor-faktor kompetensi. Berdasarkan
konsep itu, Pit S. Corder memberikan perbedaan antara mistake dan errors.[4]
Mistake
adalah penyimpangan yang disebabkan oleh fator-faktor performance seperti keterbatasan
ingatan, mengeja dalam lafal, tekanan emosional, dan sebagainya. Kesalahan
seperti ini mudah diperbaiki jika penutur atau pembicara diingatkan. Sedangkan
error adalah penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan konsisten dan
menjadi cirri khas berbahasai siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu.
Pit S. Corder menyatakan cirri kunci ialah : “that the learner is using a
definite sysem of language at every point in his development, although it is
not … that of the second language … the learner’s error’s system are evidence
of this system and are them selves systematic. (Pit S. Corder, 1981, hlm. 16).[5]
Demikianlah
tinjauan yang singkat ini, di samping ditentukan oleh kaidah (tata bahasa),
penggunaan bahasa ternyata sangat ditentukan juga oleh keadaan sosiolinguistik
masyarakatnya.
[1]
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan dan Drs.
Djago Tarigan, Pengajaran Analisis
Kesalahan Berbahasa. (Angkasa: Bandung, 1988) hal 75.
[2] Jack. C Richards, Longman
dictionary of LanguageTeaching and Applied Linguistic, (Great
Britain: London, 2010), hal. 210.
[3] Pranowo,
Analisis Pengajaran Bahasa, (Gadjah
Mada University Press: Yogjakarta, 1996), hal. 51.
[4]
Jos Daniel Parera, Linguuistik
Edukasional. (Erlangga: Jakarta, 1997), hal 143.
[5] Ibid, hal 144.
1 Komentar:
terimakasih banyak.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda