Minggu, 17 Agustus 2014

Kesalahan dan kekeliruan dalam berbahasa

Kesalahan dan kekeliruan dalam berbahasa

Pada penjabaran sebelumnya telah dijelaskan pula factor yang mempengaruih penggunaan bahasa Indonesia yang mengalami anomaly, sehingga mungkin terkesan terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaannya. Hal tersebut sangat ironis bila dikaitkan dengan makna butiran isi dari Sumpah Pemuda yang tercetus 28 November 1928 yang isinya mengisyratkan segenap pemuda-pemudi Indonesia menjunjung tinggi nama baik bangsa Indonesia atau menjunjung tinggi bangsa Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh, tanpa mengatasnamakan ras, suku, atau daerah tertentu. Satu Indonesia !!!
Kemudian akan diteruskan dengan pembahasan mengenai kesalahan dan kekeliruan yang terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia tersbut, yang disengaja maupun tidak serta yang secara lisan atau tulisan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan “kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim dalam pengajaran bahasa dibedakan sebagai penyimpangan dalam pemakaian bahasa.[1]  Kesalahan bahasa merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pembelajaran bahasa, karena melakukan kesalahan sendiri merupakan salah satu bagian dari proses belajar bahasa itu sendiri. Terlebih jika yang dipelajari adalah bahasa kedua (B2) atau bahasa asing. Dalam sebuah kamus kebahasaan, analisis kesalahan diartikan sebagai berikut “the study and analysis of the errors made by second language learners” yaitu, suatu kajian dan analisis pada kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh bahasa kedua pembelajar. Jadi kesalahan-kesalahan tersebut terjadi akibat pembelajar kurang menguasai bahasa keduanya (B2).[2]

Kesalahan-kesalahan berbahasa menurut corder (1971), dapat dibedakan menjadi berikut:
1.                           Salah atau mistake: penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menenentukan pilihan penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada.
2.                           Selip lapses: penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat, kelelahan tubuh juga bisa menimbulkan selip bahasa.
3.                           Silap error: penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa.[3]
Kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh lapses terjadi akibat beralihnya topik pembicaraan sebelum kalimat yang diujarkan selesai dengan lengkap. Istilah ini juga sering disebut “slip of tongue” dan kesalahan ini tidak bersifat permanen. Kesalahan dari mistake bersifat tidak sistematis,  berbeda dengan selip error yang bersifat sistematis karena berkaitan dengan kaidah-kaidah atau tata bahasa.  Sedangkan yang menjadi topik utama dalam pembahasan ini adalah kesalahan bahasa yang sistematis atau kesilapan bahasa error.
Pit. S. Corder membedakan dua macam kesalahan, yaitu:
a.                          Kesalahan berbahasa yang terjadi tidak secara sistematis dalam tutur seseorang,
b.                          kesalahan berbahasa yang terjadi secara sistematis pada tutur seseorang yang belajar bahasa.
Dua tipe kesalahan itu dihubungkan dengan konsep Noam Chomsky performance dan competence. Ada kesalahan yang disebabkan oleh dan dalam fakta performance dan adapula kesalahan yang disebabkan oleh factor-faktor kompetensi. Berdasarkan konsep itu, Pit S. Corder memberikan perbedaan antara mistake dan errors.[4]
Mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh fator-faktor performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal, tekanan emosional, dan sebagainya. Kesalahan seperti ini mudah diperbaiki jika penutur atau pembicara diingatkan. Sedangkan error adalah penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan konsisten dan menjadi cirri khas berbahasai siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu. Pit S. Corder menyatakan cirri kunci ialah : “that the learner is using a definite sysem of language at every point in his development, although it is not … that of the second language … the learner’s error’s system are evidence of this system and are them selves systematic. (Pit S. Corder, 1981, hlm. 16).[5]
Demikianlah tinjauan yang singkat ini, di samping ditentukan oleh kaidah (tata bahasa), penggunaan bahasa ternyata sangat ditentukan juga oleh keadaan sosiolinguistik masyarakatnya.




[1] Prof. Dr. Henry Guntur  Tarigan dan Drs. Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. (Angkasa: Bandung, 1988) hal 75.
[2] Jack. C Richards, Longman dictionary of LanguageTeaching  and Applied Linguistic, (Great Britain: London, 2010), hal. 210.
[3] Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, (Gadjah Mada University Press: Yogjakarta, 1996), hal. 51.
[4] Jos Daniel Parera, Linguuistik Edukasional. (Erlangga: Jakarta, 1997), hal 143.
[5] Ibid, hal 144.

1 Komentar:

Pada 11/14/2019 8:48 PM , Blogger Nn. Diana Adam mengatakan...

terimakasih banyak.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda