Minggu, 17 Agustus 2014

Genre Drama

A.    Genre Drama
            Drama dapat terbagi menjadi beberapa macam. Drama berdasarkan alirannya, Drama berdasarkan masanya, dan Drama berdasarkan isi dan suasananya.
1.      Drama Berdasarkan Alirannya
      Ada beberapa aliran (sastra) drama, yaitu:[1]
1)      Klasik
Konvensi (aturan) penulisan diikuti sangat ketat. Misal, lakon harus lima babak. Contoh: karya-karya Sophocles, William Shakespeare, Aeschylus, Mahabrata karya Vyasa, Ramayana karya Walmiki.
2)      Neoklasik
Hukum sebab-akibat, kebenaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha adalah mutlak (drama keagamaan). Contoh: Le Cid karya Pierre Corneille, Andromaque; Britannicus karya Racine.
3)      Romatisme
Manusia bisa menentukan sendiri nasib dan takdirnya. Contoh: Virginius karya James Sheridan Knowles.
4)      Realisme
Penyajian kehidupan sehari-hari yang sering terlewatkan. Harapan menjadi tumpuan dalam menghadapi dunia yang suram. Contoh: Kebun Cheri; Burung Camar; Paman Vanya karya Anton Checkov, Matinya Seorang Pedagang karya Arthur Miller, Musuh Masyarakat; Ghost karya Hendrik Ibsen.
5)      Simbolisme
Kenyataan yang maya, ditafsir kembali. Selalu ada ‘kenyataan lain’ di balik ‘kenyataan yang tampak’. Contoh: Pelleas And Melisande karya Maurice Maeterlinck.
6)      Ekspresionisme
Penafsiran kembali dan ‘realisme’ penggalian detil. Contoh: The Father, Miss Julliet karya August Strindberg, Spring Awakening karya Franz Wedekind.
7)      Epik
Teater harus menjadi asing kembali (alienasi). Sebuah upaya untuk menemukan kekuatan teatralnya. Contoh: karya-karya Bertolt Brecht: Mother Courage, The Tarfe Penny Opera.
8)      Absurd
Tidak ada kebenaran mutlak. Manusia adalah “tuhan” bagi dirinya sendiri. Nilai yang selama ini disepakati itulah absurd. Contoh: Kursi-kursi; Mata Pelajaran karya Ionesco.

2.      Drama Berdasarkan Masanya
      Berdasarkan masanya, kita bisa mengenal adanya drama tradisional dan drama modern.[2]
1)      Drama Tradisional
            Drama tradisional atau drama rakyat (folk drama) adalah drama yang lahir dan diciptakan masyarakat tradisional. Drama semacam ini digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan seperti menyambut datangnya panen, menyambut tamu, sarana ritual atau mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan. Contoh drama tradisional di Indonesia adalah wayang orang, wayang kulit, ludruk, ketoprak, lenong dan tari topeng.
            Cerita dalam drama tradisional didasarkan cerita yang sudah baku. Ada cerita-cerita yang selalu dipentaskan, bahkan ada pedoman yang digunakan sebagai dasar cerita tradisional. Sebagai contoh, wayang orang dan wayang kulit menggunakan cerita Mahabrata dan Arjuna Wiwaha sebagai dasar cerita yang dipentaskan.
2)      Drama Modern
            Drama modern adalah drama yang lahir pada masyarakat industri. Drama semacam ini sudah mencoba untuk memasukkan unsur teknologi modern dalam penyajiannya. Dalam seni teater modern, tata busana, tata rias, tata lampu, tata ruang dan tata panggung dikemas modern, bahkan sudah ada yang menggunakan teknologi modern. Tidak mengherankan bila dalam pementasan, sudah ada menggunakan film, animasi, ataupun komputer. Ceritanya selalu berkembang dan tidak selalu merujuk pada cerita tertentu. Dalam drama modern, kita mengenal adanya dramatisasi, drama baca, drama puisi, drama absurd, opera ataupun sendratari (seni drama dan tari).
a.       Dramatisasi adalah puisi, novel, cerita pendek atau karya sastra lain yang disajikan dalam bentuk drama.
b.      Drama baca (closet drama) adalah drama yang lebih sesuai untuk dibaca daripada dipentaskan. Drama baca biasanya berbentuk puisi.
c.       Drama puisi (poetic drama) adalah lakon yang sebagian besar percakapannya disusun dalam bentuk puisi.
d.      Drama absurd adalah drama yang avant garde. Di dalam drama ini konvensi tentang struktur alur, penokohan, serta struktur tema-tik sering diabaikan atau dilanggar. Ada beberapa tokoh dengan nama yang sama. Ada tokoh yang saling bertukar kelamiin, umur, dan kepribadian. Tidak mengenal latar tertentu dan urutan waktu tidak teratur. Drama ini merujuk ke jenis teater yang mula-mula berkembang di Eropa Barat pada tahun 1950-an.

3.      Drama Berdasarkan Isi dan Suasananya
      Ada beberapa bentuk (sastra) drama berdasarkan isi dan suasananya, diantaranya:
1)      Tragedi
            Drama Tragedi adalah drama yang menampilkan tokoh yang sedih dan muram. Keadaan ini biasanya mengantar tokoh-tokohnya kepada keputusasaan dan kehancuran.[3] Drama ini juga mengacu pada drama serius yang melukiskan konflik di antara tokoh utamanya yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan. Biasanya maut menjemput sang tokoh di akhir kisah. Tragedi mengisahkan pergulatan manusia melawan takdirnya.
            Contoh: Romeo Juliet karya William Shakespeare.[4] Kisah sedih dari Bali yang berjudul Jayaprana dan Layonsari. Atau Roro Mendut dan Pranacitra dari sastra Jawa. Atau Layla dan Majnun dari sastra Arab.
2)      Komedi
            Drama Komedi adalah drama riang yang bersifat menghibur dan yang berakhir dengan bahagia. Biasanya drama ini disisipi dengan gurauan yang dapat besifat menyindir. Kisah penuh tawa gembira dan berakhir dengan sukacita.
            Akan tetapi, lelucon bukanlah tujuan utama dalam komedi. Nilai dramatik tidak dikorbankan demi mengejar hal-hal yang lucu. Memang, dalam drama komedi banyak ditampilkan tokoh-tokoh yang tolol, konyol, bijaksana tetapi konyol dan cerdas. Kelucuan yang dihasilkannya tidak dibuat-buat, sangat wajar dan merupakan sejenis humor yang serius.[5]
            Contoh: karya-karya klasik William Shakespeare, seperti A Midsummer Night’s Dream (“Impian di Tengah Musim”) dan The Merchant of Venice (“Saudagar Venesia”). Di Indonesia contoh drama komedi dapat ditemukan misalnya dalam Suksesi, dan Opera Sembelit karya N. Riantiarno. Atau Orang Kaya Baru karya Moliere.
3)      Tragikomedi
            Tragikomedi adalah gabungan antara tragedi dan komedi. Drama tragedi komedi adalah drama yang alur sebenarnya lebih cocok untuk drama tragedi, tetapi berakhir bahagia seperti drama komedi.[6] Ciri-ciri umum dari jenis drama tragikomedi ini antara lain ialah apabila bagian awal penuh dengan gelak tawa dan kelucuan maka pada bagian akhir akan disusul dengan peristiwa-peristiwa tragis. Sebaliknya jika pada awalnya penuh dengan kesedihan maka akan berakhir dengan suka cita. Contoh: Opera Kecoa karya N Riantiarno.
4)      Melodrama
            Istilah melodrama (dalam Yudiaryani, 2002: 150-151) pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1800, dan digunakan untuk menanamkan pertunjukkan yang menggabungkan unsur-unsur, seperti:
a.       Menitikberatkan pada masalah moral bahwa kejahatan akan mendapatkan hukuman yang setimpal;
b.      Membangkitkan rasa benci pada tokoh jahat, dan rasa simpati pada tokoh baik;
c.       Tokoh pahlawan baik lelaki maupun perempuan adalah tokoh yang jujur dan lucu;
d.      Cerita yang menegang adalah tulang punggungnya;
e.       Merupakan gabungan antara musik dan drama; dan
f.       Disetiap babaknya mengandung beberapa lagu.
                        Kisah yang menguras air mata. Pertunjukkanya didominasi oleh orkestra dan pertunjukkan di gedung pertunjukkan yang megah. Kesedihan yang mendalam dinyanyikan dengan suara nyaring dan indah, berhadapan dengan alunan koor yang lengkap, dan dilatarbelakangi dengan setting lukisan yang spektakuler.[7] Contohnya: kisah Opera Primadona karya N Riantiarno.
5)      Farce
            Farce merupakan bentuk lakon komedi tertua (abad pertama SM) dalam drama Romawi klasik yang diadaptasi dari Atella dekat kota Napels, Italia (dalam Yudiaryani, 2002: 85). Dalam pertunjukkannya drama ini selalu menggunakan tokoh yang sama dan sangat tipikal.[8] Dalam perkembangannya, farce adalah drama yang bersifat komik dan penuh ejekan terhadap kondisi manusia. Gerak yang disajikan berlebihan dan tidak wajar, tapi memang itulah gaya yang dipilih. Sedangkan bentuk penyajiannya karikatural.[9] Contoh: Ubu Roi karya Alfred Jarre.
    
     Ada pula beberapa bentuk yang timbul seiring dengan zamannya, kemudian pola penyajiannya dianut[10], misal:
6)      Parodi
            Fakta dan kenyataan yang diputarbalikkan dengan maksud untuk jadi bahan tertawaan. Orang biasanya mengenal tokoh/fakta atau kenyataan itu sehingga komunikasi langsung terjalin. Contoh: Sembelit; Maaf, Maaf, Maaf karya N Riantiarno.
7)      Satir
            Berasal dari kata satiricon (Yunani), yaitu cemoohan/ejekan tentang tokoh atau keadaan yang dibawakan dengan penuh kegetiran. Contoh: Suksesi; Cinta Yang Serakah karya N Riantiarno.
8)      Musikal
            Drama seluruhnya diiringi dengan musik dan dinyanyikan. Dialog diubah menjadi nyanyian. Lagu dan musik adalah ekspresi utama. Contoh: Cats, Miss Saigon, Phantom of The Opera, Lion King, Chorus Line yang sering dibawakan dalam pentas Broadway.
9)      Opera
            Seluruh lakonnya dinyanyikan oleh para pemeran dengan orkestra lengkap dengan teknik menyanyi yang berkualitas. Contoh: The Flying Dutchman karya Mozart.
Selainitukitamengenal pula pertunjukkan-pertunjukkan drama lainnya, misal:[11]
10)  Pantomimie
            Yaitu drama yang disampaikandengangerak-gerikdanisyaratsajatanpa kata-kata.

11)  Passie
            Yaitu drama yang bersifat religious yang mempertunjukkanpenderitaandanperjuanganjesussampaisaatpenyalibandirinya.
12)  Tabbleau
            Tableau hampirsama dengan pantonimie, yaitutanpa kata-kata sipelakunya.

Di pulauJawaterdapatpertunjukkanwayangseperti: wayangpurwa, wayangbeber, wayang orang, danwayangkerucil.




                [1]Ibid., hlm. 10
                [2]Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008) hlm. 165
                [3]Ibid.,hlm. 166
                [4]N Riantiarno, op. cit., hlm. 8
                [5] B. Rahmanto dan S. Endah Peni Adji, Drama (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) hlm. 3.5
                [6]Wahyudi Siswanto, loc. cit.
                [7]B. Rahmanto dan S. Endah Peni Adji, op. cit., hlm. 3.7
                [8]Ibid.
                [9]N Riantiarno, op. cit., hlm. 9
                [10]Ibid.
[11]Abdullah.Ambari.IntisariSastra Indonesia.(Bandung: Djatnika, 1983) hlm. 72

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda