Genre Drama
A. Genre
Drama
Drama dapat terbagi menjadi beberapa
macam. Drama berdasarkan alirannya, Drama berdasarkan masanya, dan Drama
berdasarkan isi dan suasananya.
1. Drama
Berdasarkan Alirannya
Ada beberapa aliran (sastra) drama, yaitu:[1]
1) Klasik
Konvensi (aturan)
penulisan diikuti sangat ketat. Misal, lakon harus lima babak. Contoh:
karya-karya Sophocles, William Shakespeare, Aeschylus, Mahabrata karya Vyasa, Ramayana
karya Walmiki.
2) Neoklasik
Hukum sebab-akibat,
kebenaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha adalah mutlak (drama keagamaan).
Contoh: Le Cid karya Pierre
Corneille, Andromaque; Britannicus
karya Racine.
3) Romatisme
Manusia bisa menentukan
sendiri nasib dan takdirnya. Contoh: Virginius
karya James Sheridan Knowles.
4) Realisme
Penyajian kehidupan
sehari-hari yang sering terlewatkan. Harapan menjadi tumpuan dalam menghadapi
dunia yang suram. Contoh: Kebun Cheri;
Burung Camar; Paman Vanya karya Anton Checkov, Matinya Seorang Pedagang karya Arthur Miller, Musuh Masyarakat; Ghost karya Hendrik Ibsen.
5) Simbolisme
Kenyataan yang maya,
ditafsir kembali. Selalu ada ‘kenyataan lain’ di balik ‘kenyataan yang tampak’.
Contoh: Pelleas And Melisande karya
Maurice Maeterlinck.
6) Ekspresionisme
Penafsiran kembali dan
‘realisme’ penggalian detil. Contoh: The
Father, Miss Julliet karya
August Strindberg, Spring Awakening
karya Franz Wedekind.
7) Epik
Teater harus menjadi
asing kembali (alienasi). Sebuah upaya untuk menemukan kekuatan teatralnya.
Contoh: karya-karya Bertolt Brecht: Mother
Courage, The Tarfe Penny Opera.
8) Absurd
Tidak ada kebenaran
mutlak. Manusia adalah “tuhan” bagi dirinya sendiri. Nilai yang selama ini
disepakati itulah absurd. Contoh: Kursi-kursi;
Mata Pelajaran karya Ionesco.
2. Drama
Berdasarkan Masanya
Berdasarkan masanya, kita bisa mengenal adanya drama
tradisional dan drama modern.[2]
1) Drama
Tradisional
Drama tradisional atau drama rakyat (folk drama)
adalah drama yang lahir dan diciptakan masyarakat tradisional. Drama semacam
ini digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan seperti menyambut datangnya
panen, menyambut tamu, sarana ritual atau mengungkapkan rasa syukur kepada
Tuhan. Contoh drama tradisional di Indonesia adalah wayang orang, wayang kulit,
ludruk, ketoprak, lenong dan tari topeng.
Cerita dalam drama tradisional didasarkan cerita yang
sudah baku. Ada cerita-cerita yang selalu dipentaskan, bahkan ada pedoman yang
digunakan sebagai dasar cerita tradisional. Sebagai contoh, wayang orang dan
wayang kulit menggunakan cerita Mahabrata dan Arjuna Wiwaha sebagai dasar cerita
yang dipentaskan.
2) Drama
Modern
Drama modern adalah drama yang lahir pada masyarakat
industri. Drama semacam ini sudah mencoba untuk memasukkan unsur teknologi
modern dalam penyajiannya. Dalam seni teater modern, tata busana, tata rias,
tata lampu, tata ruang dan tata panggung dikemas modern, bahkan sudah ada yang
menggunakan teknologi modern. Tidak mengherankan bila dalam pementasan, sudah
ada menggunakan film, animasi, ataupun komputer. Ceritanya selalu berkembang
dan tidak selalu merujuk pada cerita tertentu. Dalam drama modern, kita
mengenal adanya dramatisasi, drama baca, drama puisi, drama absurd, opera
ataupun sendratari (seni drama dan tari).
a. Dramatisasi
adalah puisi, novel, cerita pendek atau karya sastra lain yang disajikan dalam
bentuk drama.
b. Drama
baca (closet drama) adalah drama yang lebih sesuai untuk dibaca daripada
dipentaskan. Drama baca biasanya berbentuk puisi.
c. Drama
puisi (poetic drama) adalah lakon yang sebagian besar percakapannya
disusun dalam bentuk puisi.
d. Drama
absurd adalah drama yang avant garde. Di dalam drama ini konvensi
tentang struktur alur, penokohan, serta struktur tema-tik sering diabaikan atau
dilanggar. Ada beberapa tokoh dengan nama yang sama. Ada tokoh yang saling
bertukar kelamiin, umur, dan kepribadian. Tidak mengenal latar tertentu dan
urutan waktu tidak teratur. Drama ini merujuk ke jenis teater yang mula-mula
berkembang di Eropa Barat pada tahun 1950-an.
3. Drama
Berdasarkan Isi dan Suasananya
Ada beberapa bentuk (sastra) drama berdasarkan isi dan
suasananya, diantaranya:
1) Tragedi
Drama Tragedi adalah drama yang menampilkan tokoh yang
sedih dan muram. Keadaan ini biasanya mengantar tokoh-tokohnya kepada
keputusasaan dan kehancuran.[3] Drama
ini juga mengacu pada drama serius yang melukiskan konflik di antara tokoh utamanya
yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan. Biasanya maut menjemput sang
tokoh di akhir kisah. Tragedi mengisahkan pergulatan manusia melawan takdirnya.
Contoh: Romeo
Juliet karya William Shakespeare.[4] Kisah
sedih dari Bali yang berjudul Jayaprana dan Layonsari. Atau Roro
Mendut dan Pranacitra dari sastra Jawa. Atau Layla dan Majnun
dari sastra Arab.
2) Komedi
Drama Komedi adalah drama riang yang bersifat menghibur
dan yang berakhir dengan bahagia. Biasanya drama ini disisipi dengan gurauan
yang dapat besifat menyindir. Kisah penuh tawa gembira dan berakhir dengan
sukacita.
Akan tetapi, lelucon bukanlah tujuan utama dalam komedi.
Nilai dramatik tidak dikorbankan demi mengejar hal-hal yang lucu. Memang, dalam
drama komedi banyak ditampilkan tokoh-tokoh yang tolol, konyol, bijaksana
tetapi konyol dan cerdas. Kelucuan yang dihasilkannya tidak dibuat-buat, sangat
wajar dan merupakan sejenis humor yang serius.[5]
Contoh: karya-karya klasik William Shakespeare, seperti A
Midsummer Night’s Dream (“Impian di Tengah Musim”) dan The Merchant of
Venice (“Saudagar Venesia”). Di Indonesia contoh drama komedi dapat
ditemukan misalnya dalam Suksesi, dan Opera Sembelit karya N.
Riantiarno. Atau Orang Kaya Baru karya
Moliere.
3) Tragikomedi
Tragikomedi adalah gabungan antara tragedi dan komedi.
Drama tragedi komedi adalah drama yang alur sebenarnya lebih cocok untuk drama
tragedi, tetapi berakhir bahagia seperti drama komedi.[6]
Ciri-ciri umum dari jenis drama tragikomedi ini antara lain ialah apabila
bagian awal penuh dengan gelak tawa dan kelucuan maka pada bagian akhir akan
disusul dengan peristiwa-peristiwa tragis. Sebaliknya jika pada awalnya penuh
dengan kesedihan maka akan berakhir dengan suka cita. Contoh: Opera Kecoa karya N Riantiarno.
4) Melodrama
Istilah melodrama (dalam Yudiaryani, 2002: 150-151)
pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1800, dan digunakan untuk
menanamkan pertunjukkan yang menggabungkan unsur-unsur, seperti:
a.
Menitikberatkan pada
masalah moral bahwa kejahatan akan mendapatkan hukuman yang setimpal;
b.
Membangkitkan rasa
benci pada tokoh jahat, dan rasa simpati pada tokoh baik;
c.
Tokoh pahlawan baik
lelaki maupun perempuan adalah tokoh yang jujur dan lucu;
d.
Cerita yang menegang
adalah tulang punggungnya;
e.
Merupakan gabungan
antara musik dan drama; dan
f.
Disetiap babaknya
mengandung beberapa lagu.
Kisah
yang menguras air mata. Pertunjukkanya didominasi oleh orkestra dan
pertunjukkan di gedung pertunjukkan yang megah. Kesedihan yang mendalam
dinyanyikan dengan suara nyaring dan indah, berhadapan dengan alunan koor yang
lengkap, dan dilatarbelakangi dengan setting lukisan yang spektakuler.[7]
Contohnya: kisah Opera Primadona
karya N Riantiarno.
5) Farce
Farce merupakan bentuk lakon komedi tertua (abad pertama
SM) dalam drama Romawi klasik yang diadaptasi dari Atella dekat kota Napels,
Italia (dalam Yudiaryani, 2002: 85). Dalam pertunjukkannya drama ini selalu
menggunakan tokoh yang sama dan sangat tipikal.[8] Dalam
perkembangannya, farce adalah drama yang bersifat komik dan penuh ejekan
terhadap kondisi manusia. Gerak yang disajikan berlebihan dan tidak wajar, tapi
memang itulah gaya yang dipilih. Sedangkan bentuk penyajiannya karikatural.[9]
Contoh: Ubu Roi karya Alfred Jarre.
Ada pula beberapa bentuk yang timbul seiring dengan zamannya,
kemudian pola penyajiannya dianut[10],
misal:
6) Parodi
Fakta dan kenyataan yang diputarbalikkan dengan maksud
untuk jadi bahan tertawaan. Orang biasanya mengenal tokoh/fakta atau kenyataan
itu sehingga komunikasi langsung terjalin. Contoh: Sembelit; Maaf, Maaf, Maaf karya N Riantiarno.
7) Satir
Berasal dari kata satiricon
(Yunani), yaitu cemoohan/ejekan tentang tokoh atau keadaan yang dibawakan
dengan penuh kegetiran. Contoh: Suksesi; Cinta
Yang Serakah karya N Riantiarno.
8) Musikal
Drama seluruhnya diiringi dengan musik dan dinyanyikan.
Dialog diubah menjadi nyanyian. Lagu dan musik adalah ekspresi utama. Contoh: Cats, Miss Saigon, Phantom of The Opera,
Lion King, Chorus Line yang sering dibawakan dalam pentas Broadway.
9)
Opera
Seluruh lakonnya dinyanyikan oleh para pemeran dengan
orkestra lengkap dengan teknik menyanyi yang berkualitas. Contoh: The Flying Dutchman karya Mozart.
Selainitukitamengenal pula pertunjukkan-pertunjukkan
drama lainnya, misal:[11]
10) Pantomimie
Yaitu drama yang
disampaikandengangerak-gerikdanisyaratsajatanpa kata-kata.
11) Passie
Yaitu drama yang bersifat
religious yang
mempertunjukkanpenderitaandanperjuanganjesussampaisaatpenyalibandirinya.
12) Tabbleau
Tableau
hampirsama dengan pantonimie, yaitutanpa kata-kata sipelakunya.
Di pulauJawaterdapatpertunjukkanwayangseperti:
wayangpurwa, wayangbeber, wayang orang, danwayangkerucil.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda