Synopsis cerita “Dilarang mencintai bunga-bunga” KuntoWijoyo
Synopsis
cerita “Dilarang mencintai bunga-bunga”
Cerpen dilarang mencintai bunga-bunga mengisahkan
suatu keluarga yang baru pindah ke kota, dan memiliki seorang anak laki-laki
bernama Buyung. Dan mereka pun tinggal sebagaimana mestinya warga kotatinggal.
Setiap pagi Buyung bersekolah, kemudian di sore hari ia pergi mengaji. Dan
ayahnya tetap sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang umtuk bermasyarakat.
Dan ibunya sebgaimana ibu-ibu rumahtangga yang lain.
Kemudian didorong sikap penasaran yang teramat
Buyung bersikeras untuk mengintip rumah misterius yang berada di samping
rumahnya, yang konon didiami oleh kakek tua yang hidup seorang diri di rumah
tersebut. Pada kesempatan pertama ia hanya mendapati kebun bunga-bunga yang
terhampar luas di halaman rumah kakek itu, namun tidak mendapati kakek
tersebut. Kemudian di sore hari ketika laying-layang Buyung terputus, tanpa
disadari Buyung ternyata sang kekek sudah berada di belakangnya dan memberikan
seikat bunga untuk Buyung. Dan mulai sejak itu Buyung sering datang mengunjungi
sang kakak tanpa sembunyi-sembunyi, mereka pun bersahabat.
Hati Buyung merasa tentram dan damai bila telah
mendapati bunga-bunga yang ada di kamarnya, namun kesukaaannya terhadap
bunga-bunga itu ditentang oleh sang ayah, yang lebih suka anaknya itu bermain
di luar rumah sebagai mana mestinya seorang anak laki-laki. Hati Buyung remuk
redam perasaan yang berkecamuk yang membelunggunya bila ayahnya datang
menemuinya dan bunga-bunga itu, namun sang ibu tetap menjadi penenang dan
pelindung Buyung ketika hatinya sedang berkecamuk.
Kemudian sebelum berangkat ke sekolah Buyung
berkesempatan untuk menemui sang kakek sahabatnya, kakek itu sedang mencari
hidup sempurna melalui bunga. Dan setelah itu ia juga bertanya kepada sang
ayah, kemudian ayahnya menjawab mencari kehidupan yang sempurna melalui kerja.Dan
ayah Buyung mengatakan bahwa “Engkau mesti bekerja, sungai perlu jembatan.Tanur
untuk besi perlu didirikan.Terowongan musti digali.Dam dibangun.Gedung didirikan.Sungai
dialirkan.Tanah tandus musti disuburkan, mesti, mesti.Buyung.Lihat tanganmu”.Karena
perkataan tersebut menlecutkan semangat kerja Buyung yang tidak lagi memikirkan
bunga-bunga.
2.1.Biografi Kuntowijoyo
Kuntowijoyo lahir di Yogyakarta 18 September
1943.Kemudian menamatkan sarjana di FSB UGM tahun 1869, dan setelah itu beliau
mengajar di universitas tersebut sebagai dosen.Tahun 1973 beliau mendapat tugas
belajar di Univertsitas Connectitut dan setahun kemudian memperoleh gelar M.A.
Gelar Ph.d nya beliau peroleh di Universitas Columbia.Karya-karyanya beliau
muncul di cerpen, artikel, dan novel muncul dalam majalah Sastra,Budaya Jaya, Horison, dan harian Kompas. Karya cerbungnya: “ Kereta Api yang berangkat pagi hari”
dimuat dalam harian jihad (1966) ;
sedang karya yang berjudul “ Chotbah di atas Bukit” di muat sebgai cerbung
dalam harian Kompas yang kemudian
diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1976.
Karangan-karangannya
mengenai berbagai persoalan budaya dan seni dihhimpun dalam satu buku budaya
masyarakat oleh Tiara Wacana pada tahun 1987. Dua buah kumpulan puisi telah
dihasilkannya, yakni: Suluk, Awang-Awung
(budaya Jaya, 1975) dan Isyarat
(Pustaka Jaya, 1976).
Selain
itu, beliau telah memperoleh hadiah berkali-kali: cerpenya “Dilarang Mencintai
Bunga-Bunga” memperoleh hadiah pertama dari majalah Sastra(1968), dramanya “Rumput-rumput Danau Bento” mendapat hadiah
harapan dari BPTNI (1968); dramanya yang lain “Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya
Fatma”, “Barda”, “Cartas”, dan “Topeng Kayu” (1973) memperoleh hadiah ke dua
dari Dewan Kesenian Jakarta.
2 Komentar:
Gak ada daftar pustakanya nih?
apakah ada cerpen utuhnya yang bisa di baca didonwload
,, soalnya dicari ngga ketemu
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda