Minggu, 17 Agustus 2014

Synopsis cerita “Dilarang mencintai bunga-bunga” KuntoWijoyo

Synopsis cerita “Dilarang mencintai bunga-bunga”
Cerpen dilarang mencintai bunga-bunga mengisahkan suatu keluarga yang baru pindah ke kota, dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Buyung. Dan mereka pun tinggal sebagaimana mestinya warga kotatinggal. Setiap pagi Buyung bersekolah, kemudian di sore hari ia pergi mengaji. Dan ayahnya tetap sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang umtuk bermasyarakat. Dan ibunya sebgaimana ibu-ibu rumahtangga yang lain.
Kemudian didorong sikap penasaran yang teramat Buyung bersikeras untuk mengintip rumah misterius yang berada di samping rumahnya, yang konon didiami oleh kakek tua yang hidup seorang diri di rumah tersebut. Pada kesempatan pertama ia hanya mendapati kebun bunga-bunga yang terhampar luas di halaman rumah kakek itu, namun tidak mendapati kakek tersebut. Kemudian di sore hari ketika laying-layang Buyung terputus, tanpa disadari Buyung ternyata sang kekek sudah berada di belakangnya dan memberikan seikat bunga untuk Buyung. Dan mulai sejak itu Buyung sering datang mengunjungi sang kakak tanpa sembunyi-sembunyi, mereka pun bersahabat.
Hati Buyung merasa tentram dan damai bila telah mendapati bunga-bunga yang ada di kamarnya, namun kesukaaannya terhadap bunga-bunga itu ditentang oleh sang ayah, yang lebih suka anaknya itu bermain di luar rumah sebagai mana mestinya seorang anak laki-laki. Hati Buyung remuk redam perasaan yang berkecamuk yang membelunggunya bila ayahnya datang menemuinya dan bunga-bunga itu, namun sang ibu tetap menjadi penenang dan pelindung Buyung ketika hatinya sedang berkecamuk.
Kemudian sebelum berangkat ke sekolah Buyung berkesempatan untuk menemui sang kakek sahabatnya, kakek itu sedang mencari hidup sempurna melalui bunga. Dan setelah itu ia juga bertanya kepada sang ayah, kemudian ayahnya menjawab mencari kehidupan yang sempurna melalui kerja.Dan ayah Buyung mengatakan bahwa “Engkau mesti bekerja, sungai perlu jembatan.Tanur untuk besi perlu didirikan.Terowongan musti digali.Dam dibangun.Gedung didirikan.Sungai dialirkan.Tanah tandus musti disuburkan, mesti, mesti.Buyung.Lihat tanganmu”.Karena perkataan tersebut menlecutkan semangat kerja Buyung yang tidak lagi memikirkan bunga-bunga.

2.1.Biografi Kuntowijoyo
Kuntowijoyo lahir di Yogyakarta 18 September 1943.Kemudian menamatkan sarjana di FSB UGM tahun 1869, dan setelah itu beliau mengajar di universitas tersebut sebagai dosen.Tahun 1973 beliau mendapat tugas belajar di Univertsitas Connectitut dan setahun kemudian memperoleh gelar M.A. Gelar Ph.d nya beliau peroleh di Universitas Columbia.Karya-karyanya beliau muncul di cerpen, artikel, dan novel muncul dalam majalah Sastra,Budaya Jaya, Horison, dan harian Kompas. Karya cerbungnya: “ Kereta Api yang berangkat pagi hari” dimuat dalam harian jihad (1966) ; sedang karya yang berjudul “ Chotbah di atas Bukit” di muat sebgai cerbung dalam harian Kompas yang kemudian diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1976.
Karangan-karangannya mengenai berbagai persoalan budaya dan seni dihhimpun dalam satu buku budaya masyarakat oleh Tiara Wacana pada tahun 1987. Dua buah kumpulan puisi telah dihasilkannya, yakni: Suluk, Awang-Awung (budaya Jaya, 1975) dan Isyarat (Pustaka Jaya, 1976).
Selain itu, beliau telah memperoleh hadiah berkali-kali: cerpenya “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” memperoleh hadiah pertama dari majalah Sastra(1968), dramanya “Rumput-rumput Danau Bento” mendapat hadiah harapan dari BPTNI (1968); dramanya yang lain “Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma”, “Barda”, “Cartas”, dan “Topeng Kayu” (1973) memperoleh hadiah ke dua dari Dewan Kesenian Jakarta.



2 Komentar:

Pada 7/03/2017 1:57 PM , Blogger Unknown mengatakan...

Gak ada daftar pustakanya nih?

 
Pada 8/23/2018 4:37 PM , Blogger Khadijah Usman mengatakan...

apakah ada cerpen utuhnya yang bisa di baca didonwload
,, soalnya dicari ngga ketemu

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda