Minggu, 17 Agustus 2014

Kumpulan Puisi Roestam Effendi, 1953



Kumpulan Puisi Roestam Effendi

BUKAN BETA BIJAK BERPERI

            Bukan beta bijak berperi
Pandai menggubah madahan syair
            Bukan beta budak negeri
Musti menurut undangan mair

            Syarat syarat saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama
            Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma

            Susah sungguh saya sampaikan
Degup degupan di dalam kalbu
            Lemah laun lagu degungan
Matnya digamat rasaian waktu

            Sering saya susah sesaat,
Sebab madahan tidak na’ datang.
            Sering saya sulit menekat,
Sebab terkurang lukisan mamang

            Bukan beta bijak berlagu
Dapat melemah bingkaian pantun
            Bukan beta berbuat baru
Hanya mendengar bisikan alun.






LAUTAN

Terdengar derai ombak, bercerai
Terhampar ke pantai, sorai terurai
Mengaum deram derum lautan
Walaupun di dalam malam yang kelam

Terbentang muka alun tiada
Tergenang segara, tidak terduga
Menjanam air, dalam arusan
Satu pun tak mungkin dapat menyilam

Demikianlah konon lautan hidup
            Bersabung ombak sebelah keluar
Bercatur rasaian, senang dan suka

Bagaimanakan artinya rahsia hidup?
            Apatah ujud manusia bernyawa?
Sorang pun tiada mungkin menduga.

           



RAHSIA ALAM

Kulihat kupu-kupu
Berkejar-kejaran
Kulihat burung
Beredar-edaran
Kudengar air menderu-deru
Kukang luntung berseru-seru

Kulihat manusia
     Bergelak-gelakan
Kulihat hewan
     Beranak-anakan
Kudengar angin sabung-menyabung
Banyak arti di dalam kandung

Kutangkap si-tiupan
      Berbisik-bisikan
Rahsia besar
      Mereka paparkan
Berontak darah dalam dadaku
Mengerti ‘ndak, terdengar tentu.


TENGAH MALAM

            Tengah malam
Aku tersintak mengenang engkau
Padamu, buah hatiku, aku merindu
            Ach rahasia jiwa
Tersiur, terserah di dalam dada

            Tengah malam
Mata mengalir, tubuh menggigir
Menyerbu sayu dan rayu, ke dalam kalbu
            Wah jahatnya kenangan:
Risah risau, tiada keruan

            Tengah malam
Aku mendamba kepada sa’at
Yang membawa jiwa ke hadirat Tuhan
            Wah besar gembira beta
 Alam silam, malam bertakhta.





LENGANG

            Lengang di lawang,
Tidak berderak, tidak berombak.
            Awang pun tenang,
Tidak bergerak, tidak beroyak

            Bunyi pun sunyi,
Haram berdentam, haram menderam.
            Sakti ba’ mati,
Alam bermuram, alam berdentam.

Tidur terpekur
Bening keliling, hening yang penting.
            Kujur sekujur,
Tidak berdenting, tidak berpaling

            Senyap me-engap
Pantang bergoyang, pantang bergoncang,
            Engap yang sedap
Tenang di lawang, padang dan ladang

            Kenang melayang
Tinggi di bumi, hati bersuni.
            Cewang merewang,
Cari mencari hati berahi.

            Untung merenung,
Entah di mana, entah ke mana.
            Jauh membubung,
Atas angkasa, ditanai pawna.

            Konyong sekonyong
Lengking melengking, menggasing kuping,
Beta ternonong ...
“buah kermunting, ... buah kermunting!”





DILINTAS CINTA

Selintas beta
Dilintas mata
            Hitam
Dan dalam
Sebagai cermin
Pembaca batin
            Alam
        Di dalam

Selayang mata
Memandang beta
            Sampai
        Melambai
Ke dalam cita
Menanam cinta
            Rampai
        Dan permai

Tetanam rindu
Di dalam kalbu
            Risau
        Berkacau
Berurat bahar
Berbuang mekar
            Hati
        Menanti

Disangka bunga
Membawa ria
            Patah
Di tengah
Tertinggal luka
Bersebal duka
            Pilu
        Di kalbu

Selintas beta
Dilintas cinta
            Bersih
        Dan jernih!
Terbekam dalam
            Hati
Pualam silam,
        Nubari.





BERKAWAN

            Seorang
Beta melenggang
            Keliling
Sunyi yang bening

            Gemetar
Beta tersadar
            Menggigir
Beta berpikir

            Berjalan
Tidak berkawan
            Bermadar
Tidak pendengar!

Merawak
Pada si pekak
            Menggemik
Tidak memekik

Di dalam
Beta merewan
Berderai
Darah bersorai

Di samping
Ada mengiring
            Penawar
Hati yang sabar

Haramlah
Mundur selangkah

            Mencapai
Maksud yang permai

            Karena
Beta terjaga
            Dipimpin
Rabul’alamin

            Berkawan
Beta berjalan
            Beriman
Teguh ke Tuhan.

Sumber: Roestam Effendi, Pertjikan Permenungan (Jakarta: Penerbit Jakarta, 1953)


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda