Kumpulan Puisi Roestam Effendi, 1953
Kumpulan Puisi Roestam
Effendi
BUKAN BETA BIJAK BERPERI
Bukan beta bijak berperi
Pandai menggubah
madahan syair
Bukan beta budak negeri
Musti menurut
undangan mair
Syarat syarat saya mungkiri
Untai rangkaian
seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku
menurut sukma
Susah sungguh saya sampaikan
Degup degupan di
dalam kalbu
Lemah laun lagu degungan
Matnya digamat
rasaian waktu
Sering saya susah sesaat,
Sebab madahan
tidak na’ datang.
Sering saya sulit menekat,
Sebab terkurang lukisan mamang
Bukan
beta bijak berlagu
Dapat melemah bingkaian pantun
Bukan
beta berbuat baru
Hanya mendengar bisikan alun.
LAUTAN
Terdengar derai ombak, bercerai
Terhampar ke pantai, sorai terurai
Mengaum deram derum lautan
Walaupun di dalam malam yang kelam
Terbentang muka alun tiada
Tergenang segara, tidak terduga
Menjanam air, dalam arusan
Satu pun tak mungkin dapat menyilam
Demikianlah konon lautan hidup
Bersabung
ombak sebelah keluar
Bercatur rasaian, senang dan suka
Bagaimanakan artinya rahsia hidup?
Apatah
ujud manusia bernyawa?
Sorang pun tiada mungkin menduga.
RAHSIA ALAM
Kulihat kupu-kupu
Berkejar-kejaran
Kulihat burung
Beredar-edaran
Kudengar air
menderu-deru
Kukang luntung
berseru-seru
Kulihat manusia
Bergelak-gelakan
Kulihat hewan
Beranak-anakan
Kudengar angin
sabung-menyabung
Banyak arti di
dalam kandung
Kutangkap
si-tiupan
Berbisik-bisikan
Rahsia besar
Mereka paparkan
Berontak darah
dalam dadaku
Mengerti ‘ndak,
terdengar tentu.
TENGAH MALAM
Tengah malam
Aku tersintak
mengenang engkau
Padamu, buah
hatiku, aku merindu
Ach rahasia jiwa
Tersiur, terserah
di dalam dada
Tengah malam
Mata mengalir,
tubuh menggigir
Menyerbu sayu dan
rayu, ke dalam kalbu
Wah jahatnya kenangan:
Risah risau,
tiada keruan
Tengah malam
Aku mendamba
kepada sa’at
Yang membawa jiwa
ke hadirat Tuhan
Wah besar gembira beta
Alam silam, malam bertakhta.
LENGANG
Lengang di lawang,
Tidak berderak,
tidak berombak.
Awang pun tenang,
Tidak bergerak,
tidak beroyak
Bunyi pun sunyi,
Haram berdentam,
haram menderam.
Sakti ba’ mati,
Alam bermuram,
alam berdentam.
Tidur terpekur
Bening keliling,
hening yang penting.
Kujur sekujur,
Tidak berdenting,
tidak berpaling
Senyap me-engap
Pantang
bergoyang, pantang bergoncang,
Engap yang sedap
Tenang di lawang,
padang dan ladang
Kenang melayang
Tinggi di bumi,
hati bersuni.
Cewang merewang,
Cari mencari hati
berahi.
Untung merenung,
Entah di mana,
entah ke mana.
Jauh membubung,
Atas angkasa,
ditanai pawna.
Konyong sekonyong
Lengking
melengking, menggasing kuping,
Beta ternonong ...
“buah kermunting,
... buah kermunting!”
DILINTAS CINTA
Selintas beta
Dilintas mata
Hitam
Dan dalam
Sebagai cermin
Pembaca batin
Alam
Di dalam
Selayang mata
Memandang beta
Sampai
Melambai
Ke dalam cita
Menanam cinta
Rampai
Dan permai
Tetanam rindu
Di dalam kalbu
Risau
Berkacau
Berurat bahar
Berbuang mekar
Hati
Menanti
Disangka bunga
Membawa ria
Patah
Di tengah
Tertinggal luka
Bersebal duka
Pilu
Di kalbu
Selintas beta
Dilintas cinta
Bersih
Dan jernih!
Terbekam dalam
Hati
Pualam silam,
Nubari.
BERKAWAN
Seorang
Beta melenggang
Keliling
Sunyi yang bening
Gemetar
Beta tersadar
Menggigir
Beta berpikir
Berjalan
Tidak berkawan
Bermadar
Tidak pendengar!
Merawak
Pada si pekak
Menggemik
Tidak memekik
Di dalam
Beta merewan
Berderai
Darah bersorai
Di samping
Ada mengiring
Penawar
Hati yang sabar
Haramlah
Mundur selangkah
Mencapai
Maksud yang
permai
Karena
Beta terjaga
Dipimpin
Rabul’alamin
Berkawan
Beta berjalan
Beriman
Teguh ke Tuhan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda