Selasa, 20 Agustus 2019

Catatan Tambahan - Majas


Pengertian majas adalah gaya bahasa yang digunakan dalam suatu karya sastra dengan tujuan untuk memberikan efek-efek tertentu sehingga membuat karya sastra tersebut menjadi lebih hidup.
Ada juga yang menyebutkan bahwa arti majas adalah suatu gaya bahasa yang di dalamnya terdapat persamaan, perbandingan, serta kata kiasan, untuk menguatkan kesan suatu kalimat tertulis atau lisan dan menimbulkan nuansa imajinatif bagi orang yang menyimaknya. Artinya, ada macam macam majas yang digunakan untuk keperluan tertentu di dalam suatu tulisan.
Penggunaan majas bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan secara imajinatif atau bermakna kiasan, baik melalui tulisan maupun lisan untuk mewakili pikiran dan perasaan seorang penulis. Sedangkan fungsi majas adalah untuk membuat suatu karya sastra menjadi lebih indah dalam aspek pemilihan katanya.
Secara umum, majas dapat dikelompokkan menjadi empat macam. Sesuai dengan penjelasan pengertian majas di atas, adapun macam macam majas adalah sebagai berikut:
A. Majas Perbandingan
Sesuai dengan namanya, pengertian majas perbandingan adalah jenis majas yang dipakai untuk membandingkan atau menyandingkan suatu objek dengan objek lainnya dengan cara penyamaan, pelebihan, atau penggantian.
Beberapa yang termasuk dalam jenis majas perbandingan diantaranya adalah:
1.      Personifikasi, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia (baca; Majas Personifikasi).
Contoh; “daun pepaya itu melambai-lambai seolah mengajak ku bermain bersama.”
2.      Metafora, yaitu gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara eksplisit mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan (baca; Majas Metafora).
Contoh: “Pria yang sukses itu dulunya dianggap sampah masyarakat.   
3.      Asosiasi, yaitu gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun disamakan dengan menambahkan kata sambung bagaikanbak, atau seperti.
Contoh: Wajah ayah dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
4.      Hiperbola, yaitu gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan, bahkan terkesan tidak masuk akal. Contoh: “Pria itu memiliki semangat yang keras seperti baja, tentu ia akan menjadi orang sukses.”
5.      Eufemisme, yaitu gaya bahasa dimana kata-kata yang dianggap kurang baik diganti dengan padanan kata yang lebih halus.
Contoh: kata kencing diganti dengan buang air kecil.
6.      Metonimia, yaitu gaya bahasa yang menyandingkan istilah sesuatu untuk merujuk pada benda yang umum.
Contoh: “Bila haus, minumlah Aqua“, aqua berarti air dan merupakan merek air mineral.
7.      Simile, yaitu gaya bahasa yang menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu ungkapan.
Contoh: “Anak kecil itu menangis bagaikan anak ayam kehilangan induknya.”
8.      Alegori, yaitu gaya bahasa yang menyandingkakan suatu objek dengan kata kiasan.
Contoh: “Mencari wanita yang sempurna seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.”
9.      Sinekdok, majas ini terbagi dua, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
> Sinekdok pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur benda untuk menjelaskan keseluruhan benda tersebut. Contoh: “batang hidungnya tidak muncul juga hingga hari ini.” Dalam hal ini kata ‘batang hidung’ merujuk pada individu secara keseluruhan.
> Sinekdok totem proparte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menjelaskan sebagian situasi atau benda. Contoh: “Indonesia mewakili asia tenggara dalam turnamen sepak bola internasional.” Dalam hal ini kata ‘Indonesia’ merujuk pada tim sepak bolanya saja.
10.  Simbolik, yaitu gaya bahasa dengan ungkapan yang membandingkan antara manusia dengan sikap mahluk hidup lainnya.
Contoh: “Gadis itu selalu mencari kambing hitam untuk setiap masalahnya.”
B. Majas Pertentangan
Pengertian majas pertentangan adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata kiasan dimana maksudnya berlawanan dengan arti sebenarnya. Beberapa yang termasuk dalam macam macam majas pertentangan adalah:
1.      Litotes, yaitu suatu ungkapan seperti merendahkan diri, meskipun pada kenyataan sebenarnya justru sebaliknya.
Contoh: “Silahkan mampir ke gubuk kami yang sederhana ini.” Rumah disebut sebagai gubuk.
2.      Paradoks, yaitu suatu gaya bahasa yang membandingkan situasi sebenarnya dengan situasi kebalikannya.
Contoh: “Di tengah keramaian itu aku merasa kesepian.”
3.      Antitesis, yaitu gaya bahasa yang memadukan pasangan kata dimana artinya saling bertentangan.
Contoh: “Semua orang sama di mata hukum, tak perduli tua-muda atau kaya-miskin.”
4.      Kontradiksi interminus, yaitu gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang disebutkan sebelumnya. Umumnya majas ini disertai dengan konjungsi, misalnya hanya saja atau kecuali.
Contoh: “Semua murid boleh bermain, kecuali murid yang tidak mengerjakan tugas.”
C. Majas Sindiran
Pengertian majas sindiran adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan dengan tujuan untuk memberikan sindiran kepada seseorang, perilaku, dan suatu kondisi. Beberapa yang termasuk dalam jenis majas sindiran adalah;
1.      Ironi, yaitu gaya bahasa yang memakai kata kiasan dimana artinya berlawanan dengan fakta sebenarnya. Contoh: “Wah ruang belajar mu sangat rapih, sampai-sampai sulit untuk duduk di sini.”
2.      Sinisme, yaitu gaya bahasa dimana seseorang memberikan sindiran secara langsung kepada orang lain. Contoh: “Badan mu bau sekali, tapi kalau disuruh mandi tidak mau.”
3.      Sarkasme, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir orang lain dengan konotasi yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini diucapkan seseorang ketika ia sangat marah. Contoh: “Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kau hanya akan jadi sampah masyarakat!”
D. Majas Penegasan
Pengertian majas penegasan adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan pemahaman dan kesan kepada pembaca/ pendengar. Beberapa yang termasuk dalam jenis majas penegasan adalah:
1.      Pleonasme, yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan makna sama, terkesan tidak efektif tapi disengaja untuk menegaskan sesuatu. Contoh: “Ayo cepat naik ke atas, sebelum makanan mu menjadi dingin.”
2.      Repetisi, yaitu gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat. Contoh: “Pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil dompet saya'”
3.      Retorik, yaitu gaya bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi sebenarnya tidak perlu dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindirian. Contoh: “Kalau kamu Sholat Jumat setiap hari apa mas?”
4.      Klimaks, yaitu gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara berurutan dimana tingkatannya semakin lama semakin tinggi. Contoh: “Pada saat itu semua orang, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia, pergi mengungsi akibat gempa.”
5.      Antiklimaks, yaitu gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara berurutan untuk menegaskan sesuatu dengan mengurutkan dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah. Contoh: “Setiap haris senin, mulai dari kepala sekolah, guru, staf, dan para murid di SMP Sipoholon, rutin melaksanakan upacara bendera.”
6.      Pararelisme, yaitu gaya bahasa yang mengulang-ulang sebuah kata untuk menegaskan makna kata tersebut dalam bebeberapa definisi yang berbeda. Biasanya digunakan pada sebuah puisi. Contoh: “Kasih pasti murah hati, kasih pasti lemah lembut, kasih pasti memaafkan…”
7.      Tautologi, yaitu gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim untuk menegaskan suatu kondisi atau maksud tertentu. Contoh: “Sejarah masa lalu pria itu sangat kelam.”


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda